Selamat Datang

Belajar Kebijakan Perlindungan Tanaman adalah blog baru yang dibuat untuk mendukung mahasiswa Faperta Undana mempelajari mata kuliah Kebijakan Perlindungan Tanaman. Pada saat ini blog belum selesai dikerjakan sehingga hanya menyedaiakan fitur layanan secara terbatas. Silahkan kunjungi blog lama untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan yang akan diberikan melalui blog baru ini.

Pemberitahuan Registrasi Mahasiswa

Seluruh mahasiswa peserta kuliah Kebijakan Perlindungan Tanaman semester genap tahun 2018/2019 wajib melakukan registrasi mata kuliah secara daring (online) dan memeriksa hasil registrasi. Lakukan registrasi dengan menggunakan nama yang sesuai dengan nama pada saat melakukan registrasi mahasiswa Undana. Mahasiswa yang tidak melakukan registrasi tidak akan memperoleh nilai akhir semester. Registrasi dilakukan selambat-lambatnya sampai pada 12 April 2019.

Pemberitahuan Ujian Akhir Semester

Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019 diselenggarakan secara daring (online) pada Senin, 17 Juni 2019. Silahkan mengakses tayangan mengenai Ujian Akhir Semester untuk membaca soal dan pertanyaan ujian serta mengunggah Lembar Jawaban Ujian serta memeriksa untuk memastikan bahwa Lembar Jawaban Ujian yang diunggah sudah masuk.

Pemberitahuan Kuliah Daring 1

Kuliah pada Jumat, 5 April 2019 dengan materi 4.1. Pengendalian Hama Terpadu sebagai Perlindungan Tanaman yang Bersifat Sektoral yang disepakati untuk dialihkan menjadi pada Rabu, 10 April 2019 tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka karena dosen bertugas ke luar kota. Sebagai bagian dari pengembangan sistem perkuliahan blended learning, kuliah akan dilaksanakan secara daring. Silahkan baca materi kuliah sampai benar-benar mengerti dan kemudian klik Formulir Mengikuti Perkuliahan Daring, jawab setiap pertanyaan, dan klik tombol kirim untuk memasukkan formulir. Untuk memastikan bahwa formulir yang dikirimkan telah benar-benar masuk, silahkan lakukan pemeriksaan hasil pengiriman formulir. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan daring wajib menandatangani daftar hadir dan mengirimkan file foto daftar hadir yang sudah ditandatangani oleh semua mahasiswa yang hadir.

Pemberitahuan Kuliah Daring 2

Kuliah yang dijadwalkan pada Rabu, 1 Mei 2019 tidak dapat dilaksanakan karena libur Hari Buruh Internasional. Untuk menggantikan, kuliah pada hari tersebut dilaksanakan secara daring pada Senin, 6 Mei 2019 pukul 16.00 WITA untuk mendiskusikan materi 5.1. Pengelolaan Program Perlindungan Tanaman: Daur Pengelolaan Program. Silahkan baca dan diskusikan materi kuliah sampai benar-benar mengerti dan kemudian klik Formulir Mengikuti Perkuliahan Daring, jawab setiap pertanyaan, dan klik tombol kirim untuk memasukkan formulir. Untuk memastikan bahwa formulir yang dikirimkan telah benar-benar masuk, silahkan lakukan pemeriksaan hasil pengiriman formulir. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan daring wajib menandatangani daftar hadir dan mengirimkan file foto daftar hadir yang sudah ditandatangani oleh semua mahasiswa yang hadir. Formulir Mengikuti Perkuliahan Daring harus sudah masuk selambat-lambatnya pada Selasa, 7 Mei 2019 pukul 18.00 WITA.

PemberitahuanKuliah Daring 3

Untuk menggantikan kuliah yang dijadwalkan pada Jumat, 17 Mei 2019 yang tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka luring maka dilaksanakan perkuliahan daring pada Kamis, 23 Mei 2014 mulai pada pukul 16.00 WITA dengan materi kuliah 5.3. Pengelolaan Program Perlindungan Tanaman: Evaluasi, Perenungan/Pembelajaran, dan Penyerahan Program. Silahkan baca dan diskusikan materi kuliah sampai benar-benar mengerti dan kemudian klik Formulir Mengikuti Perkuliahan Daring, jawab setiap pertanyaan, dan klik tombol kirim untuk memasukkan formulir. Untuk memastikan bahwa formulir yang dikirimkan telah benar-benar masuk, silahkan lakukan pemeriksaan hasil pengiriman formulir. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan daring wajib menandatangani daftar hadir dan mengirimkan file foto daftar hadir yang sudah ditandatangani oleh semua mahasiswa yang hadir. Formulir Mengikuti Perkuliahan Daring harus sudah masuk selambat-lambatnya pada Jumat, 24 Mei 2019 pukul 18.00 WITA.

Pemberitahuan Softskill

Mahasiswa peserta kuliah Kebijakan Perlindungan Tanaman Semester Genap Tahun 2018/2019 yang sudah melakukan registrasi mata kuliah wajib menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan di dalam kotak di bawah setiap materi kuliah yang disampaikan oleh dosen Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D. Komentar dan/atau pertanyaan yang diajukan dibatasi pada komentar dan/atau pertanyaan yang berkaitan dengan isi setiap tulisan. Komentar dan/atau pertanyaan yang diajukan tersebut akan disalin dan ditempel ke dalam Lembar Penilaian Softskill yang pada akhir perkuliahan wajib dilaporkan denganmenggunakan Lembar Pelaporan Softskill untuk digunakan sebagai dasar penilaian softskill.

Pemberitahuan Tugas

Mahasiswa peserta kuliah Kebijakan Perlindungan Tanaman semester genap 2018/2019 wajib mengerjakan Tugas. Silahkan periksa Halaman Tugas untuk mengerjakan Tugas 1 dan Tugas 2 lalu memasukkan Laporan Tugas sesuai dengan tanggal tenggat yang telah ditetapkan.

Senin, 05 Mei 2014

Menyusun Matriks Kerangka Kerja Logis Program Perlindungan Tanaman

Print Friendly and PDF
Tulisan sebelumnya telah menguraikan penggunaan pendekatan kerangka kerja logis (logical framework approch, logical framework analysis, LFA) untuk melakukan penyusunan program perlindungan tanaman. LFA merrupakan proses, sedangkan hasilnya disajikan dalam bentuk pohon masalah, pohon tujuan, dan matriks kerangka kerja logis (logical framework matrix, LFM). Lebih tepatnya, LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan (objective setting) dan tahap pemilihan strategi (strategy selection). Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Keluaran diharapkan dapat dicapai dengan melaksanakan sejumlah kegiatan (activities). Gabungan beberapa keluaran yang saling berkaitan menghasilkan hasil dan gabungan sejumlah hasil memberikan sasaran. Tulisan ini memaparkan cara menyusun LFM dengan menggunakan contoh yang telah diuraikan pada tulisan mengenai perancangan program menggunakan pendekatan kerangka kerja logis.

Mengingat hasil merupakan penggabungan dari beberapa kegiatan yang saling berkaitan dan sasaran merupakan penggabungan dari beberapa hasil yang saling berkaitan maka ketiga macam tujuan program tersebut tersusun secara berperingkat (hierarkis). Peringkat paling bawah adalah keluaran, di atasnya adalah hasil, dan paling atas adalah sasaran. Pemeringkatan tersebut tampak pada gambar berikut. Perhatikan bahwa jumlah keluaran yang dapat digabungkan untuk menghasilkan satu hasil tidak harus sama antara hasil yang satu dengan hasil yang lainnya. Perhatikan pula bahwa jumlah keluaran dan jumlah hasil dalam satu program perlindungan tanaman sangat bergantung pada masalah yang ditangani. Hal ini karena pada dasarnya LFM disusun dengan berdasarkan hasil analisis tujuan, sedangkang hasil analisis tujuan bergantung pada hasil analisis masalah. Hanya, dalam hal sasaran, sebaiknya satu program mempunyai hanya satu sasaran supaya program tidak menjadi sangat rumit.

Peringkat (atas) dan contoh peringkat tujuan (bawah)

Penyusunan LFM sebaiknya dilakukan dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur Excel, bukan dengan menggunakan Word.  Baris digunakan untuk mencantumkan peringkat tujuan, mulai dari Sasaran. Di bawah baris Sasaran dituliskan baris Hasil, di bawah baris Hasil dituliskan baris Keluaran, dan di bawah baris Keluaran dituliskan baris Kegiatan. Setiap Keluaran terdiri atas beberapa kegiatan untuk mencapainya sehingga kegiatan kedua, ketiga dan seterusnya dituliskan berturut-turut di bawahnya. Untuk memudahkan pengenalan, Sasaran, Hasil, Keluaran dan Kegiatan diberi nomor angka 1 digit, dua digit, tiga digit, dan empat digit. Hasil berikutnya setelah yang pertama dicantumkan pada baris-baris selanjutnya dengan menyesuaikan angka pada nomor. Untuk lebih memudahkan dalam pembacaan, nomor sebaiknya dibuat pada kolom paling kiri (kolom A), sedangkan uraian mengenai sasaran, hasil, keluaran, dan kegiatan pada kolom berikutnya (kolom B). Pada kolom selanjutnya dicantumkan indikator capaian (kolom C), cara verifikasi (kolom D), dan asumsi (kolom E). Periksa penempatan komponen-komponen LFM tersebut pada gambar di bawah ini.

Sebelum melanjutkan mengisi LFM, sebaiknya perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi. Ketiga komponen ini merupakan komponen yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi (baca kembali tulisan mengenai daur pengelolaan program perlindungan tanaman). Indikator capaian merupakan ukuran untuk menentukan apakah suatu sasaran, hasil, atau keluaran dapat atau tidak dapat dicapai, merupakan indikator kinerja program (performance indicator). Indikator capaian harus dapat memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Timely), artinya spesifik, dapat diukur, dapat dilaksanakan, relevan, dan tepat waktu (smart berarti cerdas). Karena itu, pertama-tama indikator harus dibuat spesifik dan relevan dengan dengan sasaran, hasil, dan keluaran yang diukur. Kedua, karena indikator harus dapat digunakan untuk menentukan apakah sasaran, hasil, dan keluaran dapat atau tidak dapat dicapai maka indikator harus mencantumkan batas minimum dan waktu capaian, untuk memenuhi kriteria dapat diukur dan tepat waktu. Terakhir, indikator harus dapat diukur dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia, dalam kaitan dengan keahlian, peralatan, dan biaya yang tersedia.

Komponen berikutnya adalah cara verifikasi (means of verification), yang merupakan cara untuk mengukur indikator capaian. Dalam hal ini memverifikasi berarti memeriksa apakah sasaran, hasil, dan keluaran dapat dicapai sesuai dengan indikator capaian yang telah ditetapkan. Untuk melakukan verifikasi perlu dilakukan pengumpulan data. Untuk memverifikasi keluaran, pengumpulan data dilakukan terhadap para pemangku kepentingan yang terlibat langsung dalam kegiatan. Pada pihak lain, untuk memverifikasi hasil dan sasaran, pengukuran dilakukan terhadap para pemangku kepentingan yang terlibat langsung, tidak langsung, maupun tidak terlibat dalam pelaksanaan program di wilayah jangkauan program dan wilayah sekitarnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang memenuhi kriteria SMART, misalnya melakukan pengamatan vegetasi untuk memverifikasi apakah padat populasi Chromolaena odorata memang benar telah menurun menjadi rata-rata maksimal 3 individu/m2.

Komponen terakhir dalam kolom LFM adalah asumsi. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan asumsi adalah kondisi eksternal yang perlu dipenuhi agar sasaran, hasil, dan keluaran dapat dicapai. Kondisi eksternal tersebut dapat terdiri atas kondisi lingkungan biofisik, lingkungan sosial-ekonomi-budaya tertentu, dan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan program tidak dapat mencapai sasar, hasil, dan keluaran yang telah ditetapkan. Asumsi disusun secara berjenjang, pertama-tama untuk setiap tujuan dan kemudian untuk keluaran, hasil, dan sasaran. Dalam hal ini, asumsi jenjang yang lebih di atas, misalnya asumsi keluaran pada jenjang di atas kegiatan, disusun dengan mempertimbangkan asumsi yang hasrus dipenuhi sejumlah kegiatan. Selanjutnya asumsi yang harus dipenuhi untuk pencapaian sebuah hasil dibuat dengan mempertimbangkan asumsi keluaran-keluaran yang menjadi bagian-bagiannya. Demikian juga dengan asumsi sasaran, dibuat dengan mempertimbangkan asumsi pencapaian hasil-hasil yang manejadi bagian-bagiannya.

Pendekatan kerangka logis didasarkan atas penalaran bahwa: (1) strategi merupakan gabungan sejumlah tujuan saling berkaitan yang diperoleh sebagai hasil analisis tujuan, (2) tujuan ditetapkan untuk mengatasi suatu masalah yang diidentifikasi melalui analisis masalah, dan (3) analisis tujuan analisis masalah ditetapkan dengan melibatkan para pemangku kepentingan sebagai wakil masyarakat. Lalu bagaimana dengan logika LFM? Logika LFM terdiri atas logika horizontal (antar kolom dalam satu baris) dan logika vertikal (antar baris dalam satu kolom). Untuk memenuhi logika horizontal, tercapainya keluaran tertentu hanya dimungkinkan apabila: (1) seluruh kegiatan yang diperlukan untuk mencapai keluaran harus dapat dilaksanakan sesuai dengan (2) kriteria capaian yang diuraikan diuraikan dalam indikator yang (3) pengukurannya dilakukan sebagaimana diuraikan pada cara verifikasi dalam (4) keadaan eksternal sebagaimana diuraikan pada asumsi. Logika vertikal LFM adalah bahwa sasaran tercapai apabila: (1) sasaran, (2) hasil, dan (3) keluaran dapat dicapai dengan melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan dalam (4) kondisi eksternal tertentu yang telah ditetapkan sebagai asumsi.
Komponen LFM, komponen horizontak terdiri atas kolom: (1) uraian sasaran, hasil, keluaran, dan kegiatan, (2) kolom indikator capaian, (3) kolom cara verifikasi, dan (4) kolom asumsi, dan komponen vertikal terdiri atas baris: (1) kegiatan, (2) keluaran, (3) hasil, dan (4) sasaran. Logika LFM terdiri atas logika horizontal ke arah asumsi dan logika vertikal dari satu peringkat tujuan dengan asumsi tertentu ke peringkat tujuan yang lebih tinggi.

Untuk mempraktikkan cara penyusunan LFM, silahkan unduh dan pelajari contoh LFM yang sangat disederhanakan. Penyusunan LFM memang tidak mudah, sehingga harus dimulai dengan contoh sederhana terlebih dahulu. Setelah mempelajari contoh, jangan lupa berlatih menyusun LFM yang lebih rumit dengan menggunakan format yang telah disediakan. Setelah benar-benar paham dan trampil, LFM yang dihasilkan akan merupakan rancangan program yang sangat logis dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Dapat dipertanggungjawabkan karena dengan tersedianya rancangan program dalam format LFM maka pelaksanaan (implementasi) program dapat dipantau dan dievalusi. Tanpa LFM maka pemantauan dan evaluasi menjadi tidak banyak bermanfaat dalam kaitan dengan kemanfaatan program bagi masyarakat. Pemantauan dan evaluasi terhadap program yang tidak mempunyai LFM hanya akan menghabiskan biaya karena tidak jelas apa yang harus diukur dan bagaimana mengukurnya. Juga tidak dapat dilakukan perenungan dan penyiapan pengalihan kepada masyarakat karena capaian program sekedar diukur dari besar anggaran yang telah dihabiskan (seperti pada sebagian besar program-program pemerintah).

36 komentar:

  1. Berdasarkan materi tentang menyusun matriks kerangka kerja logis program perlindungan tanaman dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan sehingga bisa ditetapkan tujuan tahap pemilihan strategi sehingga seluruh kegiatan yang dilaksanakan hanya memiliki satu tujuan. Namun kenyataannya pemerintah yang seharusnya terlibat langsung dalam pengumpulan data tidak memenuhi kriteria pendekatan kerja logis, sehingga akibat dari kesalahan ini akan mengakibatkan hasil yang tidak maksimal dan akan menimbulkan dampak bagi masyarakat.
    Pertanyaannya, apakah menyusun matriks kerangka kerja logis hanya pada perlindungan tanaman?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca kembali tulisan mengenai daur pengelolaan program dan pahami bagian mengenai paradigma pembangunan transformasional. Juga baca tulisan mengenai kerangka pendekatan logis (LFA) karena matriks kerangka kerja logis (LFM) merupakan kaluaran dari LFA. Penyusunan LFM perlu dilakukan dalam penyusunan rancangan program dalam bidang apapun, sepanjang perancangan program dilakukan dengan menggunakan paradigma pembangunan transformasional.

      Hapus
  2. Dalam menyusun matriks kerangka kerja logis program perlindungan tanaman ada tiga komponen yang terlebih dahulu harus dipahami yaitu indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi. Dari ketiga komponen tersebut, bagian mana yang paling sulit dalam melakukan dan mengerjakannya? Dalam penyusunan LFM sebaiknya dilakukan dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur Excel. Selain program aplikasi tabel lajur Excel, apakah tidak ada program khusus untuk penyusunan LFM? Jika ada kami minta dari Bapak untuk menampilkannya karena semua program yang ditampilkan sangat bermanfaat dan sebagian besar program merupakan hal yang baru menurut saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bila indikator capaian sudah diuraikan secara SMART, pengerjaan cara verifikasi dan asumsi akan menjadi lebih mudah. LFM dapat disusun dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur apa saja. Perlu digunakan program aplikasi tabel lajur hanya agar lebar kolom dapat diatur dengan mudah.

      Hapus
  3. Dalam program pelindungan tanaman yang merupakan prosesnya adalah LFA sedangkan LFM adalah yang merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan (objective setting) dan tahap pemilihan strategi (strategy selection). Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Dalam program perlindungan tanaman dalam susunannya, Peringkat paling bawah adalah keluaran, di atasnya adalah hasil, dan paling atas adalah sasaran.
    Yang harus dipahami LFM disusun dengan berdasarkan hasil analisis tujuan, sedangkan hasil analisis tujuan bergantung pada hasil analisis masalah, selain itu sebelum menggunakan LFM sebaiknya perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi. Ketiga komponen ini merupakan komponen yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi (baca kembali tulisan mengenai daur pengelolaan program perlindungan tanaman)

    BalasHapus
  4. Agustinus samon beda22 Mei 2014 pukul 21.01

    Materi matriks kerangka kerja logis sangat membantu dalam menentukan tujuan dimana ada bagian –bagian yang penting yaitu: keluaran, hasil dan sasaran bagian ini sangat berkaitan erat satu sama lain untuk mencapai satu tujuan akhir. Berarti jika salah satu bagian tidak di cantumkan maka tujuan akhir tidak akan tercapai .

    BalasHapus
  5. florentiano gabut23 Mei 2014 pukul 00.25

    Dalam menyusun penggunaan kerangka kerja logis dalam program perlindungan tanaman yang paling penting dilakukan adalah perhatikan di LFA yang menentukan proses ,tujuan dari suatu program perlindungan tanaman,sehingga dapat mengetahui pohon tujuan dan matriks kerangka kerja logis ,untuk menetukan indikator dari pohon tujuan dan dalam tujuan akan memilih menjadi keluaran sehingga dapat melaksanakan sejumlah kegitan yang menghasilkan sejumlah sasaran yang diperoleh dari program tersebut.karna mengingat jumlah keluaran yang digabungkan berkaitan dengan hasil jumlah yang diberikan sasaran .
    pertanyaan : komponen apa yang menjadi indikator dalam penyusun pendekatan kerangka kerja logis dengan menggunakan LFA.???

    BalasHapus
  6. matriks kerangka kerja logis sangat tepat bila digunakan dalam program perlindungan tanaman, namun dari uraian diatas tidak dijelaskan mengenai waktu lamanya kegiatan berlangsung dan pencapainya tuuan.bagaimana kita dapat memperkirakan waktu penyelesaian suatu program?
    terima kasih.

    BalasHapus
  7. LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan dan tahap pemilihan strategi. Sebelum menyusun LFM, proses yang terlebih dahulu dilaksanakan adalah LFA dan FGD. Dalam melaksanakan proses-proses sampai menyusun LFM, tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi. Pertanyaan saya : apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam proses-proses tersebut ?

    BalasHapus
  8. Dalam menyusun kerangka kerja logis perlu dipahami pohon masalah, pohon tujuan, matriks kerangka kerja logis, dan lebih tepat dikenal LFM yang merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan dan tahap pemilihan strategi. Hal ini karena pada dasarnya LFM disusun dengan berdasarkan hasil analisis tujuan. Dalam penyusunan LFM dilakukan dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur exel. sehingga mudah di aplikasikan. Namun sebelum mengisi LFM perlu memahami inti dari indikator capaian, cara fertifilasi dan asumsi. ketiga komponen ini merupakan komponen yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi.

    BalasHapus
  9. Materi kerangka kerja logis pada mata kuliah KPT, dapat membantu dan perlu dipahami beberapa hal yaitu adanya pohon masalah, pohon tujuan, dan matriks kerangka kerja logis yang lebih tepat. Namun dikenal LFM yang nerupakan hasil dari tahap penetapan tujuan dan tahap pemilihan strategi. Oleh karena itu, LFM perlu disusun berdasarkan hasil analisis tujuan. Dalam penyusunan LFM dilakukan dengan cara menggunakan program aplikasi tabel lajur exel, sehingga mahasiswa mudah dalam mengaplikasikannya. Adapun beberapa hal sebelum mengisi LFM yaitu perlu memahami maksud dari indikator capaian, cara verifikasi dan asumsi. Sehingga pada ketiga komponen ini merupakan suatu komponen yang diperlukan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi, pada kondisi eksternal yang perlu dipenuhi sasaran, hasil dan keluaran dapat dicapai.

    BalasHapus
  10. Ada 3 komponen yang harus dipahami terlebih dahulu dalam menyusun matriks kerangka kerja logis program perlindungan tanaman yaitu indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi.Di antara ke 3 komponen ini, bagian mana yang paling sulit dan mudah dalam melakukan dan mengerjakannya?
    Penyusunan LFM sebaiknya dilakukan dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur Excel, bukan dengan menggunakan Word. Apakah hanya program aplikasi tabel lajur Excel saja yang terbaik dalam menysun LFM?kalau menurut saya aplikasi word juga bisa membuat penyusunan LFM.

    BalasHapus
  11. CHARLES UMBU NGERA DAULA5 Juni 2014 pukul 17.30

    Berdasarkan materi yang saya telah baca mengenai penyususunan penggunaan kerangka kerja logis dalam program perlindungan tanaman,ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar benar-benar tepat sasaran dan sejalan dengan program,sehingga apa yang telah di sajikan terlebih dahulu dapat memenuhi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, seperti halnya Pendekatan kerangka logis didasarkan atas penalaran(terlebih khususnya apa yang menjadi Komponen terakhir dalam kolom LFM betul-betul sesuai)
    jangan saja ketika suatu program telah dijalankan Pemerintah hanya melihatnya begitu saja.ketika hal ini terjadi maka semuanya tidak akan sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang diinginkan Masyarakat atau petani.

    BalasHapus
  12. Setelah membaca uraian ini LFM merupakan hasil dari tahap pemilihan strategi untuk itu yang perlu diperhatikan adalah tujuan dari program tersebut yaitu secara herarkis artinya peringkat paling bawah adalah keluaran,diatas adalah hasil dan paling atas adalah sasaran ketiga tujuan ini saling berkaitan erat maka dari itu perlu diperhatikan hubungannya demi mencapai tujuan akhir yaitu keterkaitan hubungan yang dibuat dalam LFM.

    BalasHapus
  13. setelah membaca penjelasan diatas ada satu kalimat yang sangat ingin saya tanyakan kepda bapak, yaitu "Penyusunan LFM sebaiknya dilakukan dengan menggunakan program aplikasi tabel lajur Excel, bukan dengan menggunakan Word". mengapa kita harus menggunakan program excel ?? apa keunggulannya dengan menggunkan program excel ?? dan mengapa sampai tidak menggunakan program word ???

    BalasHapus
  14. Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), dalam kegitan mengubah tujuan menjadi keluaran kesulitan atau hambatan apa yang dapat timbul?

    BalasHapus
  15. Dengan membaca uraian diatas dapat disimpulkan bahwa LFM dapat berfungsi sebagai hasil dari tahap penetapan tujuan dan tahap pemilihan strategi . Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran , hasil, dan sasaran. Yang ingin saya tanyakan mengapa harus menggunakan program exel dan tidak menggunakan bagan seperti yang dikerjakan pada tugas 8 ?

    BalasHapus
  16. Dari materi yang bapak paparkan yang mana menjelaskan tentang Proses LFA terdiri atas tahap-tahap analisis pemangku kepentingan (stakeholder analysis), analisis permasalahan (problem analysis), penetapan tujuan (objective setting), dan pemilihan strategi (strategy selection) yang hasilnya dituangkan ke dalam sebuah tabel besar yang lazim disebut matrix, yaitu matriks kerangka kerja logis (LFM).Dan Pendekatan kerangka kerja logis perlu digunakan dalam merancang program perlindungan tanaman dan memungkinkan dilakukan analisis dan organisasi terhadap informasi yang tersedia secara sistematik sehingga dapat berfungsi sebagai alat bantu berpikir. Bagaimana menurut bapak jika setiap tahap dalam kerangka kerja logis telah dilakukan tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Apakah masih tetap menerapkan cara ini atau tidak???

    BalasHapus
  17. Program pendekatan kerangka kerja logis perlu dijalankan karena menjadi prioritas serta dukungan bagi masyarakat. Yang menjadi pemangku kepentingan juga harus tetap memperhatikan program ini agar pelaksanaan program ini dapat berjalar dengan lancar. Dengan adanya mereka yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat aktif dalam program ini maka masalah utama yang timbul juga dapat diidentifikasi sehingga dapat dibuat pohon masalah, pohon tujuan serta perumusan hasilnya. Yang menjadi permasalahan, bagaimana caranya agar mereka yang menjadi pemangku kepentingan dapat berperan aktif, sehingga pelaksanaan program ini dapat berjalan dengan baik?

    BalasHapus
  18. Dengan membaca uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan (objective setting) dan tahap pemilihan strategi (strategy selection). Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals).dengan tersedianya rancangan program dalam format LFM maka pelaksanaan (implementasi) program dapat dipantau dan dievalusi. Tanpa LFM maka pemantauan dan evaluasi menjadi tidak banyak bermanfaat dalam kaitan dengan kemanfaatan program bagi masyarakat.

    BalasHapus
  19. setelah membaca materinya saya berpendapat bahwa LFM sangat bagus karena LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan(objective setting) dan tahap pemilihan strategi(strategy selection) dan dengan penyusunan LFM pula dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs),hasil (outcomes), dan sasaran(goals) tersedianya rancangan program dalam format LFM maka pelaksanaan program dapat di pantau dan terima kasih karena dengan tugas sembilan ini pengetahuan saya bertambah karena tanpa tugas ini saya tidak mengetahui LFM itu seperti apa

    BalasHapus
  20. Dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan suatu program, dalam hal ini kebijakan perlindungan tanaman, menunjukkan bahwa seseorang (penyelenggara program) mempunyai metode yang jelas dalam mengelola program, yang bersangkutan juga mempunyai kemampuan tehnis dalam pengertian kemampuan tehnis manajemen program, bukan saja mengetahui teori manajemen tetapi dapat mengaplikasikannya secara tehnis. Disamping itu juga yang bersangkutan mempunyai konsep yang jelas dalam melaksanakan tahap-tahap pencapaian tujuan dari kegiatan program yang akan dilaksanakan. Kegagalan yang sering ditemukan dalam penyelanggaraan program adalah seseorang atau penanggung jawab program tidak memahami dengan baik dan benar bahkan tidak turut terlibat dalam penyusunannya tentang kerangka kerja logis. .

    BalasHapus
  21. Menurut pendapat saya, menyusun matriks kerangka kerja logis sangat membantu dalam perlindungan tanaman, karena dengan matriks kerangka kerja logis kita dapat menentukan hasil analisis tujuan dari penetapan tujuan dan pemilihan strategi yang telah kita ambil. Selain itu dalam penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Yang ingin saya tanyakan, mengapa dalam keluaran diharapkan dapat dicapai dengan melaksanakan sejumlah kegiatan (activities) ?

    BalasHapus
  22. setelah membaca tulisan diatas, dapat saya ambil kesimpulan bahwa : Dalam menyusun matriks kerangka kerja logis program perlindungan tanaman ada tiga komponen yang terlebih dahulu harus dipahami yaitu indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi.yang ingin saya tanyakan adalah apa hanya tiga komponen ini saja yang berperan aktif dalam penyusunan matriks kerangka kerja logis ?? apakah ketiga komponen tersebut dapat mudah dikerjakan bila kita menggunakan metode dan teknik yang memenuhi kriteria SMART????

    BalasHapus
  23. Program Matriks Kerangka Kerja Logis Program Perlindungan Tanaman dengan komponen indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi. Ketiga komponen ini merupakan komponen yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dalam perlindungan tanaman. yang menjadi pertanyaan adalah apakah jika salah satu dari ketiga komponen ini tidak ada, apakah akan berpengaruh pada perlindungan tanaman??

    BalasHapus
  24. Dari materi tentang program mtriks kerja logis perlindungan tanaman dengan 3 komponen, yaitu indikator capaian, cara verifikasi, dan asumsi. Ketiga komponen tersebut dibutuhkan dalam pelindungan tanaman, dimana ketiga komponen memiliki makna yang masing yaitu hasil,keluaran, dan sasaran.

    BalasHapus
  25. Menurut pendapat saya, pelindungan tanaman yang merupakan prosesnya adalah LFA sedangkan LFM adalah yang merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan dan tahap pemilihan strategi. Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran, hasil, dan sasaran . Dalam program perlindungan tanaman dalam susunannya, Peringkat paling bawah adalah keluaran, di atasnya adalah hasil, dan paling atas adalah sasaran.

    BalasHapus
  26. menurut saya perlu adanya matriks kerangka kerja logis dalam dalam perlindungan tanaman untuk menemukan sasaran, hasil, keluaran dan kegiatan,sehingga tidak menjadi rumit dalam mengerjakannya.

    BalasHapus
  27. Berdasarkan materi tentang matriks kerangka kerja logis pada perlindungan tanaman sangat penting dalam memebnatu menemukan sasaran, hasi, dan keluaran yang mendukung program perlindungan tanaman yang melibatkan ketiga komponen yaitu, indikator pencapaian, cara vertikasi, dan asumsi

    BalasHapus
  28. matriks kerangka kerja logis sangat membantu dalam kegitan perlindungan tanaman karena muda di pahami dan berkesinambungan,tapi yang ingin saya tanyakan apakah matriks kerangka kerja logis dapt mengatasi permasalahan perlindungan tanaman.?

    BalasHapus
  29. Untuk menyusun kerangka kerja logis perlindungan tanaman maka perlu menggunakan (logical framework matrix, LFM). LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan (objective setting) dan tahap pemilihan strategi (strategy selection). Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Ketiga komponen ini merupakan komponen yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi. Dengan menyusun kerangka kerja logis ini juga diharapkan dapat membantu dalam membuat suatu keluaran yang merupakan harapan yang dapat dicapai dengan melakukan sejumlah kegiatan dan berkaitan dengan pencapaian tujuan berdasarkan sasaran yang ada.

    BalasHapus
  30. Penggunaan pendekatan kerangka kerja logis (logical framework approch, logical framework analysis, LFA) efektif untuk melakukan penyusunan program perlindungan tanaman.Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals).Dalam program perlindungan tanaman dalam susunannya, peringkat paling bawah adalah keluaran, diatasnya adalah hasil, dan paling atas adalah sasaran, mengingat hasil merupakan penggabungan dari beberapa kegiatan yang saling berkaitan dan sasaran merupakan penggabungan dari beberapa hasil yang saling berkaitan maka ketiga macam tujuan program tersebut tersusun secara berperingkat (hierarkis) agar tercapai tujuan tersebut secara bertahap dan terpenuhi.

    BalasHapus
  31. Dengan adanya penggunaan pendekatan kerangka logis yang sangat efektif dalam perlindungan tanaman sangat dibutuhkan dan sangat membantu dalam menemukan sasaran, hasil dan keluaran dalam program perlindungan tanaman

    BalasHapus
  32. Dalam menyusun kerangka kerja logis perlindungan tanaman,yang harus kita perhatikan adalah LFM. LFM merupakan hasil dari tahap penetapan tujuan (objective setting) dan tahap pemilihan strategi (strategy selection). Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Keluaran diharapkan dapat dicapai dengan melaksanakan sejumlah kegiatan (activities).Jumlah keluaran yang dapat digabungkan untuk menghasilkan satu hasil tidak harus sama antara hasil yang satu dengan hasil yang lainnya sehingga jumlah keluaran dan jumlah hasil dalam satu program perlindungan tanaman sangat bergantung pada masalah yang ditangani.
    apakah di NTT sudah menerapkan program ini?

    BalasHapus
  33. Matriks kerangka kerja logis (logical framework matrix, LFM) merupakan hasil dari proses pendekatan kerangka kerja logis (logical framework approch, logical framework analysis, LFA) atau penerapan kerangka kerja logis ke dalam dokumen rancangan program. Penyusunan LFM dilakukan dengan memilah-milah tujuan menjadi keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan sasaran (goals). Peringkat paling bawah adalah keluaran, di atasnya adalah hasil, dan paling atas adalah sasaran.
    Penyusunan LFM akan lebih baik jika mengguanakan program aplikasi tabel lajur Excel, bukan dengan menggunakan Word, agar baris digunakan untuk mencantumkan peringkat tujuan, mulai dari Sasaran. Di bawah baris Sasaran dituliskan baris Hasil, di bawah baris Hasil dituliskan baris Keluaran, dan di bawah baris Keluaran dituliskan baris Kegiatan.
    LFM sangat penting dalam suatu proyek atau program agar dalam proses pemantauan dan evaluasi program, jelas diketahui apa yang harus diukur dan bagaimana mengukurnya serta dapat dilakukan perenungan dan penyiapan pengalihan kepada masyarakat.

    BalasHapus
  34. Salam kenal.
    Mantaps Broo Info nya.
    Gue demen bgt.
    Sukses ya Broo . . . and GBU yaa.

    BalasHapus

Untuk menyampaikan komentar, silahkan ketik dalam kotak di bawah ini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...